Perhatian kepada anak berkebutuhan khusus kerap terpinggirkan, terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar seperti gizi. Hal inilah yang coba dijawab Cahaya Manthovani lewat kiprahnya di Yayasan Inklusi Pelita Bangsa (YIPB).
Sebagai Ketua Harian YIPB, Cahaya memimpin langsung program pemenuhan gizi untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Ia menilai tantangan terbesar bukan hanya soal teknis, melainkan juga pola pikir masyarakat.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kami hadir bersama mereka. Bukan sekadar memberi bantuan, tetapi membangun ekosistem yang berkelanjutan,” jelas Cahaya dalam majalah Women’s Obsession edisi 125
Cahaya tumbuh dalam keluarga yang menanamkan nilai empati sejak dini. Kedua orang tuanya, Reda Manthovani dan Syuastri Wijaya, aktif membela hak kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas. Dari situlah ia belajar inklusi bukan slogan, melainkan aksi nyata.
“Empati dan inklusi bukan untuk diwacanakan, tapi diwujudkan,” tegas Cahaya.
Keberanian Perempuan Masa Kini
Selain dikenal sebagai pengusaha muda dan aktivis sosial, Cahaya juga menjadi sosok inspiratif bagi perempuan Indonesia. Ia percaya keberanian untuk memulai, meski dari nol, adalah kunci untuk melahirkan perubahan.
“Jangan takut untuk bersuara atau tampil berbeda. Tantangan pasti ada, tapi konsistensi menjaga arah jauh lebih penting daripada sekadar ambisi besar,” tuturnya.
Bagi Cahaya, setiap langkah kecil dapat membawa dampak besar. “Jadilah perempuan yang bukan hanya hebat untuk dirinya sendiri, tapi juga menjadi cahaya bagi orang lain,” ujarnya.
Dengan program-program nyata seperti pemenuhan gizi dan pendidikan inklusif, Cahaya Manthovani membuktikan bahwa kepedulian yang tulus mampu membuka jalan bagi masa depan yang lebih adil bagi anak-anak Indonesia, terutama mereka yang kerap terpinggirkan.