Ketua Yayasan Inklusi Pelita Bangsa (YIPB), Cahaya Manthovani, melakukan kunjungan penuh makna ke Sekolah Khusus (SKH) Assalam 01 dan 02 yang berlokasi di Ciater, Serpong, Tangerang Selatan, 17 Juni lalu.
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari rangkaian program Makan Bergizi Gratis, hasil kolaborasi antara YIPB, OVO, dan Grab Indonesia, yang menyasar lebih dari 1.500 murid dan guru di 11 Sekolah Khusus se-Tangerang Raya hingga April 2026.
Kedua sekolah tersebut berada dalam satu kompleks, namun memiliki kondisi yang cukup berbeda. SKH Assalam 01 berukuran sangat kecil dan tengah dalam proses renovasi. Meski demikian, keterbatasan ruang tak menghalangi semangat dan kreativitas para muridnya.
Saat tiba, Cahaya disambut dengan suasana penuh kehangatan dan keceriaan. Anak-anak tampak sibuk membuat makanan seperti tempe, tahu, gorengan, hingga telur asin.
“Waktu saya lihat mereka sibuk bikin makanan, saya langsung bilang, ‘ini mah bisa buka warteg!’,” ujar Cahaya sambil tertawa.
Tak hanya piawai di dapur, para murid juga menunjukkan bakat luar biasa di berbagai bidang. Saat guru-guru menceritakan prestasi mereka, Cahaya meminta beberapa murid tampil langsung.
Salah satunya adalah seorang anak yang jago pantomim, yang bahkan saat sedang makan pun gayanya tetap seperti sedang tampil di atas panggung. Ada pula siswi pencak silat yang tampil penuh percaya diri meski mengenakan rok, serta murid lainnya yang menunjukkan gerakan silat dengan malu-malu bersama Cahaya.
Lebih jauh, Cahaya terkesan dengan deretan piala dan medali yang memenuhi ruangan sekolah. Ia mengaku takjub melihat betapa banyaknya prestasi yang sudah diraih para murid.
“Rasanya koleksi piala mereka lebih banyak dari saya,” ungkapnya dengan bangga.
Salah satu momen paling mengesankan bagi Cahaya adalah ketika ia berinteraksi dengan seorang anak penyandang down syndrome yang awalnya tampak enggan berbaur. Anak tersebut duduk di lantai dengan bekal makanannya sendiri.
Namun, saat Cahaya menghampirinya, ia justru tampil percaya diri dan bahkan meminta tiga kameramen yang bertugas untuk hanya fokus merekam dirinya. “Bukan marah atau malu, dia malah kesal ketika kamera diarahkan ke teman-temannya. Ini lucu banget” kenang Cahaya.
Kunjungan tersebut menjadi pengingat akan pentingnya inklusivitas dalam pendidikan. Cahaya mengaku sangat bersyukur bisa bertemu dengan anak-anak istimewa yang penuh semangat dan para guru yang tidak hanya mengajar, tetapi juga membimbing dengan sepenuh hati.
“Setiap anak memiliki keunikan dan potensi masing-masing. Melalui program ini, kami ingin memastikan mereka mendapat akses gizi dan ruang untuk terus berkembang,” tutup Cahaya.