Menjadi perempuan di era modern bukan lagi sekadar tentang mengejar gelar pendidikan setinggi mungkin. Lebih dari itu, dibutuhkan keberanian untuk mendobrak batasan, membuka jalan, dan mengajak orang lain untuk maju bersama.
Di tengah ketimpangan yang masih terasa, tekanan sosial yang tak jarang menghimpit, dan dunia yang terus bergerak dinamis, Cahaya Manthovani hadir sebagai sosok perempuan muda yang mengambil peran sentral dalam mengubah arah menuju inklusi yang lebih nyata.
Pada momen Hari Pendidikan Nasional, Cahaya mengingatkan pendidikan tidak boleh berhenti sebagai retorika indah, melainkan harus diwujudkan dalam langkah-langkah konkret.
Perjalanannya yang unik, dari arsitektur hingga transformasi digital, membuktikan batasan disiplin ilmu bukanlah penghalang untuk menciptakan inisiatif yang berdampak luas.
Di usia yang masih tergolong muda, Cahaya telah memimpin gerakan sosial berbasis inklusi, mendirikan yayasan, dan mengelola bisnis dengan nilai-nilai kemanusiaan yang kuat.
Tumbuhkan Nilai-Nilai Lokal
Pengalaman tinggal dan belajar di Korea Selatan memberikan perspektif baru bagi Cahaya. Ia belajar kerja keras saja tidak cukup tanpa dukungan sistem yang solid.
Lebih dari itu, ia mengagumi bagaimana masyarakat Korea menjunjung tinggi nilai-nilai lokal mereka di tengah arus modernisasi.
Dari sinilah Cahaya Manthovani menyadari kemajuan sejati tidak harus mengorbankan akar budaya. “Saya ingin inovasi sosial di Indonesia tumbuh dari nilai-nilai lokal. Karena berjalan jauh itu penting, tapi tahu arah pulang lebih penting lagi,” tuturnya bijak.
Sebagai representasi generasi muda yang aktif dalam isu sosial, Cahaya memahami betul persimpangan besar yang dihadapi perempuan muda Indonesia saat ini: antara tekanan zaman yang serba cepat dan peluang baru yang terbentang luas.
Ia menyadari kegamangan yang seringkali menghantui di awal perjalanan, perasaan belum cukup hebat, belum cukup siap, atau bahkan ketakutan untuk tampil berbeda. Namun, justru di titik inilah, Cahaya melihat letak kekuatan yang seringkali tersembunyi.
Dengan penuh keyakinan, ia berpesan, “Jangan pernah meragukan kekuatan diri kita. Tidak harus menunggu sempurna untuk bergerak. Ketika memiliki niat baik dan mau belajar, jalannya akan terbuka perlahan.”
Berani Mengambil Langkah Pertama
Baginya, keberanian untuk mengambil langkah pertama, meskipun terasa kecil dan lambat, adalah modal yang paling berharga. Pengalamannya berkarya di sektor sosial dan bisnis mengajarkannya jalan perempuan tidak selalu mulus, namun perempuan memiliki kemampuan luar biasa untuk bertahan, beradaptasi, dan tetap peduli, bahkan di tengah kesulitan.
“Jangan takut untuk memulai dari nol, bersuara, atau tampil beda. Tantangan akan selalu ada, tapi kuncinya adalah keberanian untuk terus berjalan,” ujarnya dengan nada menginspirasi.
Lebih dari sekadar ambisi pribadi atau pencapaian gemilang, Cahaya menekankan pentingnya konsistensi dalam menjaga niat, memelihara arah, dan yang terpenting, menjadi pribadi yang hadir dan bermanfaat bagi orang lain.
“Jadilah perempuan yang tidak hanya hebat untuk dirinya sendiri, tapi juga menjadi cahaya bagi orang lain,” pesannya dengan tulus.
Karena baginya, setiap langkah, sekecil apa pun, memiliki potensi untuk membawa makna besar bagi dunia di sekitar. Kisah Cahaya adalah bukti nyata bahwa keberanian seorang perempuan untuk melangkah, dengan niat tulus dan semangat inklusi, dapat menerangi jalan bagi masa depan anak negeri.
Sumber: Womens Obsession